
Pemprov Papua
DPRP Segera Gelar Rapat Sikapi Aksi Demo Ratusan ASN Pemprov Papua
Senin, 25 Maret 2024 Jayapura 612 Pengunjung
JAYAPURA (IUSTITIA PAPUA)
–
Anggota Komisi IV DPR Papua yang
membidangi infastruktur dan Sumber Daya Alam, Boy Markus Dawir, kepada wartawan
di Jayapura. Senin (25/3/2024) mengaku dirinya telah menerima aspirasi dari
puluhan ASN dan lembaga Masyarakat yang mengadu ke DPR Papua Senin pagi
(25/3/2024).
“Saya akan lapor ke Pimpinan
Dewan untuk selanjutnya sikap DPRP menyampaikan lanjut aspirasi para ASN ini ke
Presiden Jokowi. Sesuai mekanisme dewan. Termasuk langkah – langkah DPRP
seperti apa, untuk pihak eksekutif,”terangnya kepada pers di Jayapura. Senin
malam (25/3/2024).
Dengan adanya pengaduan ini, maka sudah pasti
seperti hal yang terjadi ini dewan harus memanggil Sekertaris Daerah untuk bisa
memberikan klarifikasi secara Lembaga. Terkait dengan permasalahan unjuk rasa
yang dilakukan para ASN di lingkup Pemprov Papua dan juga kelompok Masyarakat.
Ditekankannya, semangat
awal untuk mendukung pemekaran di Tanah Papua, harus betul – betul solid dan
menjaga.
“Kalau semangatnya untuk masing – masing
wilayah adat atau pemekaran dilakukan ini, untuk bisa memposisikan anak – anak
asli Papua di wilayah adatnya untuk menduduki posisi strategis. Kenapa tidak,
kita lakukan itu,”tuturnya.
Menurutnya hal itu tidak salah, karena anak
– anak Papua sangat sulit untuk mendapatkan posisi jabatan eselon II,III dan IV
di provinsi lain.
“Saya kira teman – teman kita dari nusantara
itu bisa menyadari hal itu. bahwa di provinsi lain, seperti di Maluku, Maluku
Utara, Sulawesi, Nusa Tenggara, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sumatera. Posisi
anak – anak Papua sulit untuk mendapatkan promosi jabatan, Eselon II,III dan IV
di provinsi lain,”ucapnya.
“Mereka cuma hanya bisa dalam wilayah provinsi
di Tanah Papua ini,”imbuhnya.
Usulan ini, tidak ada salahnya dan tinggal
prosentase yang diatur. Untuk anak – anak asli di wilayah adat, mendapatkan
berapa persen. Kemudian juga misalnya di Provinsi Papua Induk berapa persen untuk
ASN asal Tabi – Saireri bisa menduduki jabatan strategis.
Kemudian berapa persen
diberikan kepada ASN Papua lainnya yang datang dari provinsi atau wilayah adat
lain. Kemudian dengan saudara – saudaran Nusantara lainnya, yang tinggal diatur
dan tidak ada yang berkeberatan dengan masalah posisi jabatan.
Hanya saja sebagai seorang legislator, BMD
sapaan akrabnya mengaku belum mendapatkan data detail untuk ASN untuk golongan.
I – IV berapa banyak di Papua yang OAP dan Non OAP, yang dipetakan dalam
wilayah adat atau suku.
“Di kita belum ada data seperti itu dan ini
menjadi pekerjaan kita Pemprov Papua untuk bisa menyiapkan data – data detail
kita. Kita hari ini resmi belum punya data OAP by name, by address yang ada di
Tanah Papua. Sehingga kami mengalami kesulitan bagaimana memberikan dukungan
untuk orang asli Papua,”ungkapnya.
Untuk itu menjadi tanggung jawab semua pihak, untuk memperbaiki
hal – hal yang kurang. Aspirasi yang dibawa oleh Para ASN dilingkup Pemprov Papua dan masyarakat
yang diterima DPRP adalah aspirasi yang masih dalam batas kewajaran untuk
memberikan porsi, kepada mereka dalam menduduki jabatan – jabatan yang ada.
Sebelumnya Ratusan ASN di Pemprov Papua ini
mempunyai beberapa tuntutan. Diantaranya meminta kepada Presiden Republik
Indonesia untuk mengganti Penjabat Gubernur Papua M Ridwan Rumasukun, Pj Sekda
Papua, Derek Hegemur.
Tuntutan lainnya mereka meminta untuk
putra/putri Tabi – Saireri agar bisa mendapatkan prioritas dalam menduduki
jabatan – jabatan strategis di Pemerintah Provinsi Papua, sesuai dengan
semangat kita melakukan pemekaran di Tanah Papua.
“Hari ini sesuai semangat awal untuk kita
mekarkan provinsi – provinsi di Papua ini, yaitu untuk mendorong anak – anak
asli Papua untuk kembali ke wilayah adatnya,”kata BMD.
Misalnya di selatan ada wilayah adat Animha
yang kemudian menjadi Provinsi Papua Selatan. Wilayah Lapago menjadi Provinsi
Papua Pegunungan dan Meepago menjadi Provinsi Papua Tengah. Kemudian ada
wilayah Doberay dan Bomberay yang menjadi Papua dan Papua Barat Daya. Semangat ini dibangun untuk bersama – sama mendukung
pemekaran provinsi di Tanah Papua.
Namun yang terjadi di Provinsi Papua Induk dalam penempatan jabatan, Esalon III dan IV. Mayoritas diduduki bukan putra/i asal Tabi – Saireri sesuai dengan semangat pemekaran itu sendiri. “Ini yang mereka tadi mengadu dan memberikan aspirasinya,”pungkasnya. (Julia)
Penulis : Editor Iustitia