
Pemprov Papua
“Tolak Dinasti Birokrasi” Ratusan ASN Minta Presiden Copot Pj Gubernur, Sekda Papua dan Karo Ortal
Senin, 25 Maret 2024 Jayapura 863 Pengunjung
Caption : ASN Pemprov Papua saat membentangkan spanduk melakukan aksi demo di halaman Kantor Gubernur Papua di Dok II Jayapura
JAYAPURA (IUSTITIA PAPUA)
- Ratusan ASN di lingkup Pemerintah Provinsi Papua Senin (25/3/2024) menggelar
aksi demo di Kantor Gubernur Jln Soa Siu Jayapura.
Dimulai sejak Pukul 10:00 – 13:00 WIT diikuti
sekitar 500-an lebih ASN berasal dari 40-an Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Mereka menuntut Presiden Joko Widodo segera mencopot
Penjabat Gubernur Papua Dr. M. Ridwan Rumasukun, Penjabat Sekretaris Daerah
Papua Y. Derek Hegemur, SH,MH dan Kepala Biro Ortal Papua yang juga merangkap
Penjabat Ketua PKK Papua Linda Stelda Onibala, S.Sos,MM, untuk segera turun
dari jabatannya.
Ketua Forum Solidaritas ASN dan Masyarakat
Papua (SAMP) Nattan Ansanay mengatakan, ketiga pejabat ini dinilai telah
melakukan praktik pemerintahan yang buruk, melawan aturan kepegawaian dalam
proses pengangkatan jabatan eselon III. Serta secara terang-terangan membangun
dinasti dan KKN di dalam birokrasi Papua untuk memuluskan kepentingannya.
“Hari ini kami ASN Papua
yang didominasi anak-anak Papua pemilik negeri ini datang dengan tujuan baik. Kami
tidak ingin menuntut jabatan, tetapi
menuntut keadilan dan kebenaran,”tekannya.
Para
pendemo ini juga menolak hasil pelantikan eselon III tanggal 15 Februari 2024
yang benar-benar tidak sesuai aturan kepangkatan tanpa melalui mekanisme
Baperjakat dan BKD.
Lanjutnya praktik nepotisme sangat nampak terlihat
saat pengangkatan pejabat eselon III Papua pekan lalu. Padahal, ada banyak
putra-putri asli Papua asal Tabi - Saireri yang memiliki jabatan sebelumnya,
dicopot dan tidak dipakai.
“Anak Penjabat Gubernur
Papua yang baru TMT 2010 sudah naik jabatan menjadi IVB. Sementara masih banyak
kami anak Papua yang layak untuk duduk di situ. Lihat, kami ASN yang berdiri di
sini, kami datang untuk menegakkan harga diri kami di atas tanah kami. Kami
dilantik untuk melayani masyarakat. Kami mampu bekerja. Kenapa Anda tidak memberdayakan
kami. Apakah karena kami tidak setor jadi tidak dilantik,” sindir Natan dalam
orasinya disambut teriakkan tepuk tangan.
Para ASN
ini juga meminta agar tidak boleh ada lagi pelantikan ke depan.
Selain itu, Nattan mengkritik sistem pelayanan
di Kantor Gubernur yang terlihat sangat elitis, dimana rakyat tidak bisa diberi
akses dengan mudah untuk masuk menemui pejabat. Dirinya menilai, kantor gubernur adalah rumah
milik rakyat Papua yang harus terbuka kepada siapa saja yang datang.
“Kantor ini seperti hotel megah untuk orang-orang tertentu. Kami sampai sekarang tidak tahu Pak Pj itu dia punya muka yang mana. Tapi keluar Papua terus bawa nama masyarakat Papua, berbicara tentang kebijakan pelayanan masyarakat di Papua, tetapi rakyat Papua tetap miskin dan menderita,”singgungnya.
Tak Perhatikan ASN OAP
Senada
dengan itu, Sekretaris Forum Solidaritas ASN dan Masyarakat Papua (SAMP)
Benyamin Wayangkau mengatakan, pemerintahan di era Penjabat Gubernur Papua
Ridwan Rumasukun sangat redup dan miris. Padahal, dari kantor inilah, keluar
kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan orang asli Papua.
“Nah bagaimana masyarakat
bisa Sejahtera, sementara ASN Orang Asli Papua saja tidak diperhatikan. Karena
itu, kita semua sudah satu suara, tuntut Penjabat Gubernur dan Penjabat Sekda
dicopot. Kita akan bawa aspirasi ini juga ke DPR Papua dan MRP dan segera
bersurat ke Jakarta,” tegas Benyamin.
Sedangkan Gifli Buinei, Ketua Pemuda Saireri sangat
menyayangkan praktik nepotisme dalam penempatan jabatan di eselon III Provinsi
Papua. Sebab dengan tindakan ini, Penjabat Gubernur dan Penjabat Sekda telah
melecehkan harga diri anak-anak Papua yang sudah sekian lama berkarir di
pemerintahan. Mereka juga memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan itu.
Perempuan Ini Mengacaukan
“Praktik ini meredupkan
kesejahteraan ASN Papua. Hari ini kita lihat banyak spanduk dan anak Papua demo
karena tidak diberi jabatan. Itu artinya Penjabat Gubernur tidak punya hati
untuk bangun Papua. Ini praktik yang buruk yang harus kita lawan. Hanya karena
anak kandung, suku tertentu, agama tertentu, mereka yang dilantik naik
jabatan,” tegas Gifli.
“Saya Yohanes Kaisepo, anak pahlawan. Saya
saja tidak diperhatikan, apalagi kamu – kamu,” timpal Yohanes Kaisepo dari
Dispenda Papua.
Seorang ASN lain, Silas Papare mewarning
Penjabat Gubernur dan Penjabat Sekda Papua yang tengah diam – diam hendak melakukan rotasi jabatan eselon II dan
mengajukan Sekda Defenitif agar dihentikan segera. Dirinya meminta segala
proses pengangkatan pejabat harus melalui mekanisme yang benar melalui Badan
Kepegawaian Daerah (BKD).
“Kami minta segera kembalikan fungsi BKD. Hentikan segala proses yang tidak benar melalui Biro Ortal. Karena itu, kita semua sepakat tuntut hari ini, tidak hanya Penjabat Gubernur dan Penjabat Sekda yang dicopot, tapi juga Kepala Biro Ortal. Karena perempuan ini yang mengacaukan sistem pemerintahan Papua. Masa dia yang atur pelantikan, harusnya BKD,”ungkap Papare. (Tim Redaksi)
Baca juga:
Penulis : Editor Iustitia